Istriku yang bahenol saat itu menggunakan blaser kuning berleher rendah sehingga kedua buah dada montoknya nampak dari balik blaser kuningnya serta nampak remang remang puting susu istriku di balik blasernya sebab dikala itu istriku yang telah berusia 40 tahun mengenakan BH tipis serta pantat bahenolnya begitu menggoda saat berjalan dengan goyangannya. Hal ini karena istriku mengenakan rok span elastis gelap meski perutnya sudah tidak kecil lagi serta mengenakan sepatu bertumit besar.
Sering kali saya beranggapan jelek agar istriku menyeleweng serta saya bisa menemuinya dengan mengintip saat istriku “digarap” lelaki tua. Istriku memanglah sempat cerita jika salah satu mahasiswanya di kelas yang berada di luar kota sempat “mempermainkan” wilayah sensitifnya di selangkangannya, sehingga istriku tidak berani berdiri lama dan duduk di meja pengajar yang ditutup oleh taplak meja saja.
“ Mas nanti tidak harus dijemput karena telah disediakan angkutan oleh panitia. Mas, capai tidur saja, jika ingin pijit saja, supaya nanti malam tambah‘ greng’, tetapi jangan dipijit wanita lho” kata istriku.
“ Yah, cari tukang pijit kakek kakek, sekaligus mijit mijit anumu?.” kataku berseloroh.
“ Tidak hanya memijit pula, tapi menyuntik juga,” kata istriku tertawa sembari menunjuk selangkangannya.
“ Bener?” kataku.
“ Boleh kan, mas? tanya istriku“
“ Kau memanglah pingin to, dik?” tanyaku
“ Ya, saya pingin mas,” kata istriku vulgar menatapku dengan tajam.
“ Boleh, kan?” kata istriku merayu.
“ Jika kau senang tak apa?” jawabku.
Sesampai di penginapan,
Cek selengkapnya di sini
Komentar
Posting Komentar